PAUS HEBAT & SANG PESONA (1)

Khazanah santo-santa Gereja Katolik sesungguhnya menarik. Salah satunya: “pria penuh pesona” di “balik bayang-bayang” Yesus dan Maria. Dia, Santo Yosef.

Rentang panjang sejarah kekatolikan hingga hari ini menegaskan bahwa sederetan paus hebat telah memberi kita banyak katekese yang kaya dan sikap batin kekaguman mendalam pada “sang pesona”. Bagai terpesona, para paus hebat terpesona pada St Yosef!

Paus Sixtus V di abad 15 menetapkan 19 Maret sebagai hari raya St. Yosef. Paus Pius IX di abad 18, 150 tahun silam, mengeluarkan taklimat St. Yosef Pelindung Gereja Universal. Di abad ini, dalam suasana dunia digital tertatih-tatih prihatin oleh pandemi, Paus Fransiskus mencanangkan 2021 sebagai Tahun St. Yosef.  Taklimatnya beriringan dengan terbitnya dokumen kepausan “Patris Corde” di ujung 2020. 

Awal Maret 2021 lalu, Kepala Berita Radio Vatikan Alessandro De Carolis mengisahkan relasi para paus dengan karisma St. Yosef di salah satu kolom opini Vatican.va, website resmi Tahta Suci. Kami merangkum narasi tersebut menjadi tiga kepingan serial agar dapat menyesuaikan kolom terbatas di laman digital ini. 

“Ngobat” 40 Tahun

Dalam narasi segar dan jauh dari dinginnya tembok Vatikan, De Carolis menyenggol anekdot di balik ketekunan radikal penulisan “Patris Corde”. Nukilan kisah dari mulut ke mulut yang menjalar melalui lorong-lorong kaku Vatikan itu boleh dikatakan menarik, dapat membuat terkesiap, seolah jantung berhenti sejenak. 

Hanya segelintir yang tahu bahwa Bapa Paus Fransiskus senantiasa “ngobat”, ngobrol batin dengan St. Yosef: setiap subuh, sepanjang 40 tahun, tanpa henti. 

Usai “ngobat”, Paus Fransiskus menumpahkan pengalaman batin terdalamnya pada lembar demi lembar draft dokumen, seraya melafalkan untaian doa abad ke-19 dari buku doa Perancis. Melalui doa tersebut Bapa Fransiskus menyandarkan utuh-penuh keprihatinannya atas “kondisi serius dan meresahkan” terkini kepada St Yosef. 

Di ujung doa tersebut, Paus Fransiskus mengatakan begini: “Janganlah sampai aku memanggilmu dengan sia-sia”. Sesuatu banget. Tampak hubungan mesra Bapa Fransiskus dengan St Yosef.

St. Yosef Tidur

Kedekatan radikal Bapa Fransiskus dengan St Yosef sejatinya mudah ditelusuri. Misalnya, tatkala kunjungan Paus di Manila, medio Januari 2015. Dalam homilinya, Fransiskus mengaku punya kebiasaan “curhat dan menitipkan” seluruh keresahannya di kaki patung St. Yosef tidur yang terletak di sudut ruang studi pribadi di Casa Santa Marta, kawasan jantung Vatikan. 

Bagi Fransiskus, St Yosef adalah pribadi hening-tenang-dalam. Pria sederhana ini menyambut dan memeluk misteri keselamatan Yesus Kristus, erat-erat. Ia menempatkan dirinya pada posisi pelayanan, bukan di pusat kemuliaan. Di posisi itulah, ia menuntaskan hal-hal yang tidak mungkin. 

Dalam “Patris Corde”, Paus Fransiskus berkontribusi besar pada katekese Gereja Katolik universal. Dengan istilah membumi dan kata akurat, Bapa Paus melukiskan detail-detail kualitas St. Yosef sebagai suami dan ayah sejati, pemuda yang menerima tunangannya Maria muda tanpa syarat. St. Yosef adalah sosok pria yang di dalamnya “Yesus melihat kasih Allah yang lembut”.

“Patris Corde” dapat dibilang kontribusi besar Paus Fransiskus bagi sejarah magisterium kepausan. Dokumen ini disebut De Carolis, ”bagai potongan terakhir mosaik ketekunan berabad-abad Gereja untuk mengungkapkan iman, keterpesonaan, dan inspirasi tak bertepi St Yosef.” *(Wisanggeni Napitupulu)

Baca selanjutnya, PAUS HEBAT & SANG PESONA (2): 19 Maret, Terperangkap Cinta, dan Pelindung Keluarga

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *